If any broken link, please Contact me!

Kerjasama dan Alur Kerja Guru Mapel dan Guru BK dalam Kaitannya dengan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa

Diagnosis kesulitan belajar sendiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah dengan tujuan untuk membantu mengasesmen apa yang terjadi..
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

Kerjasama dan Alur Kerja Guru Mapel dan Guru BK dalam Kaitannya dengan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah sangat erat kaitannya dengan tuntutan untuk membuat siswa menjadi paham, peka, dan terampil dalam menerapkan kegiatan pembelajaran dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, tidak salah jika indikator keberhasilan sebuah KBM adalah dilihat dari seberapa tinggi pencapaian siswa akan indikator akademiknya. Semakin tinggi kemampuan siswa mencapai tuntutan akademik, semakin mudah bagi siswa memperoleh pembelajaran-pembelajaran yang lain sebagai lanjutan kegiatan. 

Namun demikian, oleh karena sifatnya yang beragam, tidak semua siswa mampu dengan baik menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pendek kata, tidak semua siswa mampu mencapai Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi di masing-masing pokok pembelajaran. Apakah hal ini wajar? Tentu saja merupakan hal yang wajar, sebab pencapaian SKM ini dipengaruhi oleh banyak sekali hal, salah satunya adalah keterampilan siswa sebagai individu yang berbeda-beda dalam menerima pembelajaran. Ada siswa yang lebih mudah untuk mengikuti pembelajaran dengan model eksakta, ada siswa yang lebih menyukai pelajaran berbau seni, ada siswa yang lebih mudah memahami pembelajaran jika itu disampaikan melalui praktikum yang menyenangkan, ada pula siswa yang lebih suka mengikuti pembelajaran yang sarat akan kesusateraan. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh pada kemampuan siswa mencapai SKM.

Jika ketidakmampuan siswa menerima pembelajaran dari guru ini hanya terjad pada situasi-situasi seperti yang telah dituliskan di atas, maka hal ini menjadi hal yang wajar dan mungkin tidak memerlukan tindak lanjut. Sebaliknya, jika ada hal-hal khusus yang dirasa memerlukan penanganan khusus, maka perlu adanya tindak lanjut bersama antara guru, guru BK, dan pihak lain yang berkaitan (Orangtua misalnya, kepala sekolah misalnya, dsb). Mengapa demikian? Karena tujuan utama siswa mengikuti program pendidikan adalah memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Berikut merupakan beberapa kondisi yang memungkinkan dilakukannya diagnosis kesulitan belajar

  1. Apabila tidak ada satupun nilai matapelajaran yang berhasil melampaui SKM,
  2. Apabila nilai siswa berada di bawah standar secara terus menerus, bahkan di hampir seluruh matapelajaran,
  3. Apabila nilai siswa berada di bawah standar secara terus menerus hanya pada satu matapelajaran,
  4. Apabila nilai siswa sesuai dengan standar atau cemerlang untuk rumpun matapelajaran tertentu, namun ada salah satu di antaranya yang berada di bawah standar secara terus menerus, misalnya: Naning adalah siswa yang selalu cemerlang pada matapelajaran Fisika, Kimia, dan Ekonomi, namun entah mengapa setahun terakhir memiliki nilai yang buruk pada matapelajaran Matematika. Diketahui bahwa Fisika, Kimia, Matematika, dan Ekonomi berada satu rumpun yaitu rumpun eksakta.
  5. Apabila nilai siswa di bawah standar untuk rumpun matapelajaran tertentu, namun ada salah satu di antaranya yang sesuai dengan standar atau cemerlang, misalnya: Naning adalah siswa yang selalu gagal mencapai SKM pada matapelajaran Fisika, Kimia, dan Ekonomi, namun ternyata nilainya pada matapelajaran Matematika bagus sekali. Diketahui bahwa Fisika, Kimia, Matematika, dan Ekonomi berada satu rumpun yaitu rumpun eksakta.

Diagnosis kesulitan belajar sendiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah dengan tujuan untuk membantu mengasesmen apa yang terjadi pada siswa-siswa di sekolah sehingga memiliki kesulitan untuk mengikuti sebuah pembelajaran dan bahkan kesulitan untuk mencapai SKM. Diagnosa kesulitan belajar dilakukan dengan tujuan untuk menemukan letak kesulitan masing-masing siswa sehingga sekolah bisa menentuka tindak lanjut untuk siswa yang bersangkutan. Sebagaimana dipahami, kesulitan siswa dalam belajar bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti: a) faktor kognitif yang berhubungan dengan keterampilan intelektual individu (bisa merujuk pada gangguan mental atau hanya slow learner biasa), b) faktor non kognitif misalnya bermasalah dengan guru, tidak didukung oleh sarana dan pra sarana yang memadai, dan masalah-masalah lain yang perlu untuk diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. 

Jika berhubungan dengan faktor kognitif yang merujuk pada gangguan mental, maka biasanya lebih terdeteksi pada tingkatan sekolah dasar atau pendidikan anak usia dini. Jika berhubungan dengan faktor kognitif yang merujuk pada slow learner, maka kemungkinan masih sangat bisa dibantu menggunakan pembelajaran remedial dan pengayaan oleh guru matapelajaran masing-masing. Jika berkenaan dengan faktor non kognitif, maka yang memiliki kewajiban utama untuk membantu siswa yang bersangkutan adalah guru BK

Berikut merupakan alur diagnosis kesulitan belajar yang bisa dilakukan oleh sekolah dengan kerjasama antara guru dan guru BK.

Alur Diagnosa Kesulitan Belajar 

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1. Siswa dengan kesulitan belajar terdeteksi oleh guru matapelajaran melalui proses pembelajaran,
  2. Siswa kemudian dipanggil secara mandiri oleh guru untuk didiagnosis kesulitan belajarnya. Diagnosis kesulitan belajar ‘ala guru bisa dengan menggunakan tes belajar secara umum, misalnya menggunakan kuis, ulangan biasa, dan tes yang telah ada di buku ajar untuk dikejrakan dalam jangka waktu tertentu.
  3. Jika diperoleh hasil bahwa siswa hanya perlu pembelajaran tambahan, maka bisa diselesaikan oleh guru yang bersangkutan.
  4. Jika diperoleh hasil bahwa melalui tes, siswa sebenarnya memiliki keterampilan yang baik, tetapi nilainya tetap jelek, maka bisa disarankan untuk menemui guru BK karena kemungkinan kesultan belajarnya disebabkan oleh faktor non kognitif.

Atau ...

  1. Siswa dengan kesulitan belajar terdeteksi oleh guru matapelajaran melalui proses pembelajaran,
  2. Siswa disarankan untuk langsung menemui guru BK sebagai upaya diagnosa kesulitan belajar (biasanya ini dilakukan pada siswa yang mengalami poin a atau b),
  3. Guru BK melakukan diagnosis kesulitan belajar menggunakan tes intelegensi yang dimiliki,
  4. Jika hasilnya tingkat intelegensinya baik, maka bisa dilanjutkan dengan konseling biasa,
  5. Sebaliknya, jika ternyata hasil merujuk pada tingkat intelegnsia yang rendah, maka ditindaklanjuti dengan pertemuan bersama orangtua untuk menentukan langkah setelahnya. Misalnya saja dengan kemungkinan untuk perujukan pada lembaga luar sekolah, kemungkinan untuk mendatangkan psikolog, dsb.

Demikianlah alur diagnosa kesulitan belajar yang hendaknya dilakukan di sekolah terhadap siswa-siswa tertentu. Dengan melakukan diagnosa kesulitan belajar, diharapkan siswa mampu terhindar dari kesulitan memperoleh materi pembelajaran sehingga bisa mengikuti pendidikan dengan baik di sekolah.
 

Referensi:
Dr. Ribut Purwaningrum, M.Pd_Materi Bimbingan dan Konseling untuk FKIP

About the Author

I like challenges and learning new things.

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.